Penjelasan mengenai Refrigerant / Freon
Penjelasan Refrigerant
Refrigeran adalah fluida kerja yang bersirkulasi dalam siklus
refrigerasi. Refrigeran merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena
refrigeran yang menimbulkan efek pendinginan dan pemanasan pada mesin
refrigerasi. ASHRAE (2005) mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja di
dalam mesin refrigerasi, pengkondisian udara, dan sistem pompa kalor.
Refrigeran menyerap panas dari satu lokasi dan membuangnya ke lokasi yang lain,
biasanya melalui mekanisme evaporasi dan kondensasi.
Calm (2002) membagi perkembangan refrigeran dalam 3 periode:
Periode pertama, 1830-an hingga 1930-an, dengan kriteria refrigeran "apa
pun yang bekerja di dalam mesin refrigerasi". Refrigeran yang digunakan
dalam periode ini adalah ether, CO2, NH3, SO2, hidrokarbon, H2O, CCl4, CHCs.
Periode ke-dua, 1930-an hingga 1990-an menggunakan kriteria refrigeran: aman
dan tahan lama (durable). Refrigeran pada periode ini adalah CFCs
(Chloro Fluoro Carbons), HCFCs (Hydro Chloro Fluoro Carbons), HFCs (Hydro
Fluoro Carbons), NH3, H2O. Periode ke-tiga, setelah 1990-an, dengan kriteria
refrigeran "ramah lingkungan". Refrigeran pada periode ini adalah
HCFCs, NH3, HFCs, H2O, CO2.
Perkembangan mutakhir di bidang refrigeran utamanya didorong
oleh dua masalah lingkungan, yakni lubang ozon dan pemanasan global. Sifat
merusak ozon yang dimiliki oleh refrigeran utama yang digunakan pada periode
ke-dua, yakni CFCs, dikemukakan oleh Molina dan Rowland (1974) yang kemudian
didukung oleh data pengukuran lapangan oleh Farman dkk. (1985).
Setelah keberadaan lubang ozon di lapisan atmosfer
diverifikasi secara saintifik, perjanjian internasional untuk mengatur dan
melarang penggunaan zat-zat perusak ozon disepakati pada 1987 yang terkenal
dengan sebutan Protokol Montreal. CFCs dan HCFCs merupakan dua refrigeran utama
yang dijadwalkan untuk dihapuskan masing-masing pada tahun 1996 dan 2030 untuk
negara-negara maju (United Nation Environment Programme, 2000). Sedangkan untuk
negara-negara berkembang, kedua refrigeran utama tersebut masing-masing
dijadwalkan untuk dihapus (phased-out) pada tahun 2010 (CFCs) dan 2040
(HCFCs) (Powell, 2002). Pada tahun 1997, Protokol Kyoto mengatur pembatasan dan
pengurangan gas-gas penyebab rumah kaca, termasuk HFCs (United Nation Framework
Convention on Climate Change, 2005).
Powell (2002) menerangkan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh refrigeran pengganti, yakni:
Powell (2002) menerangkan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh refrigeran pengganti, yakni:
1. Memiliki
sifat-sifat termodinamika yang berdekatan dengan refrigeran yang hendak
digantikannya, utamanya pada tekanan maksimum operasi refrigeran baru yang
diharapkan tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan tekanan refrigeran
lama yang ber-klorin.
2. Tidak
mudah terbakar.
3. Tidak
beracun.
4. Bisa
bercampur (miscible) dengan pelumas yang umum digunakan dalam mesin refrigerasi.
5. Setiap
refrigeran CFC hendaknya digantikan oleh satu jenis refrigeran ramah
lingkungan.
Setelah periode CFCs, R22 (HCFC) merupakan refrigeran yang
paling banyak digunakan di dalam mesin refrigerasi dan pengkondisian udara.
Saat ini beberapa perusahaan pembuat mesin-mesin refrigerasi masih menggunakan
refrigeran R22 dalam produk-produk mereka. Meski refrigeran ini, termasuk juga
refrigeran jenis HCFCs lainnya, dijadwalkan untuk dihapuskan pada tahun 2030
(untuk negara maju), namun beberapa negara Eropa telah mencanangkan jadwal yang
lebih progresif, misalnya Swedia telah melarang penggunaan R22 dan HCFCs
lainnya pada mesin refrigerasi baru sejak tahun 1998, sedangkan Denmark dan
Jerman mengijinkan penggunaan HCFCs pada mesin-mesin baru hanya hingga 31
Desember 1999 (Kruse, 2000).
Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat refrigeran sintetis baru, HFCs (Hydro Fluoro Carbons) untuk menggantikan refrigeran lama yang ber-klorin yang dituduh menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon. Weatherhead dan Andersen (2006) mengemukakan bahwa sejak 8 tahun terakhir, penipisan kolom lapisan ozon tidak terjadi lagi. Kedua peneliti ini meyakini akan terjadinya pemulihan lapisan ozon. Meski demikian, keduanya tidak secara jelas merujuk turunnya penggunaan zat perusak ozon sebagai penyebab pulihnya lapisan ozon. Powell (2002) menyebutkan bahwa adanya kerjasama yang sangat baik antara produser refrigeran dan perusahaan pengguna refrigeran telah memungkinkan terjadinya transisi mulus dari era penggunaan CFCs secara besar-besaran di 1986 hingga penghapusan dan penggantiannya dengan R134a di tahun 1996. Banyak kalangan menyebutkan bahwa Protokol Montreal adalah salah satu perjanjian internasional di bidang lingkungan yang paling berhasil diterapkan.
Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat refrigeran sintetis baru, HFCs (Hydro Fluoro Carbons) untuk menggantikan refrigeran lama yang ber-klorin yang dituduh menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon. Weatherhead dan Andersen (2006) mengemukakan bahwa sejak 8 tahun terakhir, penipisan kolom lapisan ozon tidak terjadi lagi. Kedua peneliti ini meyakini akan terjadinya pemulihan lapisan ozon. Meski demikian, keduanya tidak secara jelas merujuk turunnya penggunaan zat perusak ozon sebagai penyebab pulihnya lapisan ozon. Powell (2002) menyebutkan bahwa adanya kerjasama yang sangat baik antara produser refrigeran dan perusahaan pengguna refrigeran telah memungkinkan terjadinya transisi mulus dari era penggunaan CFCs secara besar-besaran di 1986 hingga penghapusan dan penggantiannya dengan R134a di tahun 1996. Banyak kalangan menyebutkan bahwa Protokol Montreal adalah salah satu perjanjian internasional di bidang lingkungan yang paling berhasil diterapkan.
Saat ini, HCFCs (yang pada dasarnya merupakan pengganti
transisional untuk CFCs) telah memiliki 2 kandidat pengganti, yakni R410A
(campuran dengan sifat mendekati zeotrop) dan R407C (campuran azeotrop) (Kruse,
2000). Hidrokarbon Propana (R290) juga berpotensi menjadi pengganti R22 (Kruse,
2000). R407C merupakan campuran antara R32/125/132a dengan komposisi 23/25/52,
sedangkan R410A adalah campuran R32/125 dengan komposisi 50/50 (ASHRAE, 2005).
Saat ini, beberapa perusahaan terkemuka di bidang refrigerasi dan pengkonsian
udara telah menggunakan R410A dalam produk mereka.
Jika Protokol Montreal dan Kyoto dilaksanakan secara penuh dan
konsisten, maka secara umum pada saat ini belum ada pilihan refrigeran
komersial selain refrigeran alami. Meskipun perlu dicatat bahwa baru-baru ini
terdapat produsen refrigeran yang mengklaim keberhasilannya membuat refrigeran
yang tidak merusak ozon dan tidak menimbulkan pemanasan global (ASHRAE, 2006).
Beberapa refrigeran alami yang sudah digunakan pada mesin refrigerasi adalah:
amonia (NH3), hidrokarbon (HC), karbondioksida (CO2), air, dan udara (Riffat
dkk., 1997). Kata "alami" menekankan keberadaan zat-zat tersebut yang
berasal dari sumber biologis atapun geologis; meskipun saat ini beberapa produk
refrigeran alami masih didapatkan dari sumber daya alam yang tidak terbarukan,
misalnya hidrokarbon yang didapatkan dari oil-cracking, serta amonia
dan CO2 yang didapatkan dari gas alam (Powell, 2002).
Penggunaan karbondioksida, air, dan udara pada refrigerator komersial masih memerlukan riset yang mendalam, sedangkan penggunaan amonia dan hidrokarbon, meskipun sudah cukup banyak dilakukan, masih memiliki peluang riset yang cukup banyak (Riffat dkk., 1997). Amonia bersifat racun (toxic) dan cukup mudah terbakar, sedangkan hidrokarbon termasuk dalam zat yang sangat mudah terbakar; oleh karena itu refrigeran tersebut secara umum sulit digunakan pada sistem ekspansi langsung. Sistem refrigerasi tak-langsung bisa digunakan untuk mengatasi kelemahan kedua refrigeran tersebut. Beberapa peneliti berusaha menekan tingkat keterbakaran refrigeran hidrokarbon dengan cara mencampurkannya bersama refrigeran lain yang tak mudah terbakar (Pasek dkk., 2006; Sekhar dkk., 2004; Dlugogorsky dkk., 2002). Granryd (2001) menekankan bahwa pada dasarnya sudah tersedia teknologi untuk meningkatkan keamanan pada sistem refrigerasi yang menggunakan refrigeran hidrokarbon, namun cara yang ekonomis untuk membuat sistem tersebut aman dan terbukti dapat digunakan dalam skala luas masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
Penggunaan karbondioksida, air, dan udara pada refrigerator komersial masih memerlukan riset yang mendalam, sedangkan penggunaan amonia dan hidrokarbon, meskipun sudah cukup banyak dilakukan, masih memiliki peluang riset yang cukup banyak (Riffat dkk., 1997). Amonia bersifat racun (toxic) dan cukup mudah terbakar, sedangkan hidrokarbon termasuk dalam zat yang sangat mudah terbakar; oleh karena itu refrigeran tersebut secara umum sulit digunakan pada sistem ekspansi langsung. Sistem refrigerasi tak-langsung bisa digunakan untuk mengatasi kelemahan kedua refrigeran tersebut. Beberapa peneliti berusaha menekan tingkat keterbakaran refrigeran hidrokarbon dengan cara mencampurkannya bersama refrigeran lain yang tak mudah terbakar (Pasek dkk., 2006; Sekhar dkk., 2004; Dlugogorsky dkk., 2002). Granryd (2001) menekankan bahwa pada dasarnya sudah tersedia teknologi untuk meningkatkan keamanan pada sistem refrigerasi yang menggunakan refrigeran hidrokarbon, namun cara yang ekonomis untuk membuat sistem tersebut aman dan terbukti dapat digunakan dalam skala luas masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
Refrigeran yang digunakan dalam sistem kompresi uap
dikelompokkan menjadi refrigeran primer. Sedangkan jika fluida digunakan untuk
memindahkan panas, maka fluida ini disebut sebagai refrigeran sekunder.
Penggunaan refrigeran saat ini merupakan isu penting menyangkut pemanasan
global. Pada bab ini, akan dijelaskan jenis refrigeran, sifat, dan
penggunaannya saat ini.
B. Refrigeran Primer
Refrigeran primer adalah refrigeran yang digunakan pada sistem
kompresi uap. Refrigeran yang digunakan pada sistem pendinginan kompresi uap
harus mempunyai mempunyai sifat-sifat kimia, fisika, termodinamika tertentu
yang sesuai dengan kondisi penggunaan
1. Jenis Refrigeran
a. Golongan Halokarbon
Refrigeran golongn halokarbon adalah jenis refrigeran yang
umum digunakan. Refrigeran jenis ini meliputi refrigeran yang terdiri dari satu
atau lebih dari tiga jenis ion golongan halogen (klorin, fluorin, dan bromin).
Beberapa jenis refrigeran halokarbon yang umum digunakan disajikan pada Tabel
1.
Tabel 1. Jenis refrigeran halokarbon
Nomor refrigeran |
Nama kimia
|
Rumus kimia
|
11
12 13 22 40 113 115 |
Trikloromonofluorometan
Diklorodifluorometan Monoklorotrifluorometan Monoklorodifluorometan Metil klorida Triklorotrifluoroetan Diklorotetrafluoroetan |
CCl3F
CCl2F2 CClF3 CHClF2 CH3Cl CCl2FCClF2 CClF2CClF2 |
Sistem penomoran golongan halokarbon adalah sebagai berikut:
nomor pertama dari sebelah kanan menunjukkan jumlah atom florin pada senyawa,
nomor kedua dari kanan menunjukkan satu nilai lebih banyak dari jumlah atau,
hidogren pada senyawa dan tiga digit dari kanan menunjukkan satu nilai lebih
sedikit dari jumlah atom karbon.
b. Senyawa Inorganik.
Awalnya, saat pendinginan hanya digunakan untuk tujuan khusus,
hanya amoniak dan karbon dioksida yang dapat digunakan sebagai refrogeran. Saat
pendinginan mulai dikenalkan pada masyarakat, sulfur dioksida, metil klorida
dan metilen klorida digunkan karena sesuai dengan kompresor sentrifugal.
Metilrn klorida dan karbon dioksida, karena faktor keamanannya digunakan untuk
sistem pengkondisian udara (AC). Semua refrigeran ini, selain amonia, tidak
digunakan lagi, kecuali pada sistem yang lama. Amonia mempunyai sifat termal
yang baik, dan masih digunakan pada lapangan es skating.
c. Senyawa Hidrokarbon
Banyak senyawa hidrokarbon yang digunakan sebagai refrigeran,
umumnya digunakan pada industri minyak bumi, seperti metana, etana, propana,
etilen, dan isobutilen. Kesemuanya flammable dan eksplosif.
Digolongkan sedikit beracun karena mengandung efek bius pada tingkat tertentu.
Etana, metana, dan etilen digunakan pada pendinginan suhu ekstra rendah.
Hidrokarbon sebagai refrigerant dalam sistem refrigerasi telah
dikenal sejak tahun 1920-an, sebelum refrigerant sintetik dikenal. Ilmuwan yang
tercatat sebagai promotor hidrokarbon sebagai refrigerant antara lain Linde
(1916) dan Ilmuwan Dunia Albert Einstein (1920). Hidrokarbon kembali
diperhitungkan sebagai alternatif pengganti CFC, setelah aspek lingkungan
mengemuka, dan timbulnya permasalahan dalam peralihan dari CFC ke HFC,
dikarenakan perlu adanya penyesuaian perangkat keras, pelumas, serta perlakuan
khusus dalam operasional penggunaan bahan HFC : R-134a ini.
Demikian sulitnya perlakuan R-134a sebagai pengganti R-12
serta masih memiliki dampak Global Warming Potential (GWP), bahkan Greenpeace
suatu LSM di Jerman yang sebelumnya gencar mendorong peralihan R-12 ke R-134a,
kemudian beralih memperomosikan penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran,
seperti GTZ-Technology yang telah populer di daratan Eropa. Penggunaan
refrigeran hidrokarbon terus meluas ke berbagai negara di kawasan Asia Pasific,
dan. dewasa ini telah banyak dikenal berbagai merek refrigerant yang dihasilkan
oleh berbagai negara, seperti yang berasal dari negara : Inggeris, Perancis,
Jerman, Belanda, Kanada, Australia, Amerika, Korea, dan lain-lain, termasuk
Indonesia.
Indonesia sebagai negara yang memiliki cadangan gas alam dan minyak bumi, disamping pemanfaatan sebagai bahan bakar, juga memiliki potensi sebagai negara yang dapat berkecimpung dalam hal refrigerant hidrokarbon maupun produk-produk ramah lingkungan berbasis hidrokarbon lainnya seperti : Aerosol propellant, foaming agent, solvent, dan lain-lain.
Produk refrigerant hidrokarbon MUSI COOL merupakan refrigerant hidrokarbon yang sudah diproduksi di dalam negeri dengan beberapa grade
·
MC-12 dan MC-134 sebagai pengganti refrigerant
R-12 dan R-134a
MC-12 dan MC-134 merupakan campuran propane dan i-butane dengan kandungan butane serendah mungkin agar tidak menggangu proses kondensasi pada sistem pendingin. Refrigerant ini digunakan pada kendaraan bermotor, kulkas dan dispenser
MC-12 dan MC-134 merupakan campuran propane dan i-butane dengan kandungan butane serendah mungkin agar tidak menggangu proses kondensasi pada sistem pendingin. Refrigerant ini digunakan pada kendaraan bermotor, kulkas dan dispenser
·
MC-22 sebagai pengganti refrigerant R-22 MC-22
digunakan untuk pendingin ruangan/AC jenis Split, window maupun central. Refrigerant ini
memerlukan kandungan propane yang sangat tinggi yaitu 99,7 % wt dengan
impuritis butane dan olefin yang serendah mungkin atau mendekati nol agar
kinerja sistem pendingin berjalan optimal.
MC-600 sebagai refrigerant 600a MC-600 mempunyai kandungan
i-butane yang sangat tinggi/dominan atau lebih besar dari 85 % wt dengan
kandungan propane seminim mungkin. Refrigerant 600a saat ini digunakan sebagai
media pendingin pada kulkas, yang beroperasi pada tekanan rendah. Ke
depan prospek refrigerant ini sangat cerah karena kecenderungan penggunaannya
tinggi
d. Azeotrop
Senyawa azeotrop adalah suatu campuran yang tak dapat
dipisahkan menjadi senyawa penyusunnya dengan cara distilasi. Senyawa ini
menguap dan mengembun sebagai satu zat, tidak seperti campuran lainnya.
Azeotrop yang paling dikenal adalah R502 yang merupakan campuran 48.8% R22 dan
51.2% R115. Azeotrop lainnya adalah R-500, campuran dari 73.8% R-12 dan 26.2%
R-152a.
2. Sifat Regfrigeran
Dalam pemilihan refrigeran, sifat refrigeran yang penting
antara lain sifat termodinamika, kimia, dan fisik. Sifat termodinamika yang
penting antara lain titik didih, tekanan penguapan dan pengembunan, tekanan dan
suhu kritis, titik beku, volume uap, COP, tenaga per ton refrigerasi. Sifat
kimia berhubungan dengan reaksi refrigeran terhadap keadaan sekitar, antara
lain tidak mudah terbakar, tidak beracun, tidak bereaksi dengan air, minyak dan
bahan konstruksi. Sedangkan sifat fisik refrigeran berhubungan dengan bahan itu
sendiri,antara lain konduktivitas dan kekentalan.
Sifat Refrigeran
·
Tekanan penguapan harus cukup tinggi
·
Sebaiknya refrigeran memiliki suhu pada tekanan
yang lebih tinggi, sehingga dapat dihindari kemungkinan terjadinya vakum pada
evaporator dan turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan
kompresi
·
Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi,
apabila tekanan pengembunannya terlalu rendah, maka perbandingan kompresinya
menjadi lebih rendah, sehingga penurunan prestasi kondensor dapat dihindarkan, selain
itu dengan tekanan kerja yang lebih rendah, mesin dapat bekerja lebih aman
karena kemungkinan terjadinya kebocoran, kerusakan, ledakan dan sebagainya
menjadi lebih kecil.
·
Kalor laten penguapan harus tinggi, refrigeran
yang mempunyai kalor laten penguapan yang tinggi lebih menguntungkan karena
untuk kapasitas refrigerasi yang sama, jumlah refrigeran yang bersirkulasi
menjadi lebih kecil
·
Volume spesifik ( terutama dalam fasa gas ) yang
cukup kecil, Refrigeran dengan kalor laten penguapan yang besar dan volume
spesifik gas yang kecil (berat jenis yang besar) akan memungkinkan penggunaan
kompresor dengan volume langkah torak yang lebih kecil. Dengan demikian untuk
kapasitas refrigerasi yang sama ukuran unit refrigerasi yang bersangkutan
menjadi lebih kecil
·
Koefisien prestasi harus tinggi, dari segi
karakteristik termodinamika dari refrigeran, koefisien prestasi merupakan
parameter yang terpenting untuk menentukan biaya operasi
·
Konduktivitas termal yang tinggi, konduktivitas
termal sangat penting untuk menentukan karakteristik perpindahan kalor
·
Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun
fasa gas, dengan turunnya tahanan aliran refrigeran dalam pipa, kerugian
tekanannya akan berkurang
·
Konstanta dielektrika dari refrigeran yang
kecil, tahanan listrik yang besar, serta tidak menyebabkan korosi pada material
isolator listrik
·
Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi
dengan material yang dipakai, jadi juga tidak menyebabkan korosi
·
Refrigeran tidak boleh beracun
·
Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah
meledak
·
Sebaiknya refrigeran menguap pada tekanan
sedikit lebih tinggi dari pada tekanan atmosfir. Dengan demikian dapat dicegah
terjadinya kebocoran udara luar masuk sistem refrigeran karena kemungkinan
adanya vakum pada seksi masuk kompresor (pada tekanan rendah).
Titik didih refrigeran merupakan salah satu faktor yang sangat
penting:
·
Refrigeran yang memiliki titik didih rendah
biasanya dipakai untuk keperluan operasi pendinginan temperatur rendah
(refrigerasi)
·
Refrigeran yang memiliki titik didih tinggi
digunakan untuk keperluan pendinginan temperatur tinggi (pendinginan udara)
Titik didih refrigeran merupakan indikator yang menyatakan
apakah refrigeran dapat menguap pada temperatur rendah yang diinginkan, tetapi
pada tekanan yang tidak terlalu rendah. Dari segi termodinamika R12, R22, R500,
R502, ammonia dapat dipakai untuk daerah suhu yang luas, dari keperluan
pendinginan udara sampai ke refrigerasi. Sifat termofisik dari beberapa
refrigeran disajikan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Sifat termofisik beberapa refrigeran
Parameter |
R-12
|
R-22
|
R-114
|
R-500
|
R-502
|
R-717
|
R-718
|
Simbol kimia
|
CCl2F2
|
CHClF2
|
CClF2
|
-
|
-
|
NH3
|
H20
|
Berat molekul
|
120.9
|
86.5
|
170.9
|
99.29
|
112
|
17
|
18
|
Titik didih (0C, 1
atm)
|
-29.8
|
-40.8
|
3.6
|
-33.3
|
-45.6
|
-33.3
|
100
|
Titik beku (0C, 1
atm)
|
-157.8
|
-160.0
|
|
|
|
-77.8
|
|
Cp/Cv (g)
|
1.13
|
1.18
|
|
|
|
1.31
|
1.40
|
Suhu kritik (0C)
|
112.2
|
96.1
|
|
|
|
132.8
|
|
Tekanan kritik (kPa)
|
4115.7
|
4936.1
|
|
|
|
1423.4
|
|
Panas laten penguapan
(kJ/kg)
|
161.7
|
217.7
|
|
|
|
1314.2
|
|
3. Atribut Lingkungan dan Atribut Kerja
Pemilihan refrigeran lainnya dibuat berdasarkan atribut kerja
dan lingkungan. Atribut kerja refrigeran adalah sifat yang berkaitan dengan
penggunaan refrigeran. Sifat ini dibandingkan dengan beban kerja yang sama atau
suhu evaporasi dan suhu kondensasi yang sama. Sifat yang dibandingkan antra
lain COP, efek pendinginan, serta tekanan kondensasi dan evaporasi. Tabel 5.2
menampilkan atribut kerja bebrapa refrigeran dengan suhu kondensasi 300C dan
suhu evaporasi -150C.
Tabel 5.2. Atribut kerja beberapa refrigeran
Refrigeran |
Tekanan evaporasi
(kPa)
|
Tekanan kondensasi
(kPa)
|
Rasio tekanan
|
Efek refrigerasi
(kJ/kg)
|
Laju aliran massa per kW
refrigerasi (L/det)
|
COP
|
11
12 22 502 717 |
20.4
182.7 295.8 349.6 236.5 |
125.5
744.6 1192.1 1308.6 1166.6 |
6.15
4.08 4.03 3.74 4.93 |
155.4
116.3 162.8 106.2 1103.4 |
4.9
0.782 0.476 0.484 0.462 |
5.03
4.70 4.66 4.37 4.76 |
Atribut lingkungan suatu refrigeran duhubungkan dengan reaksi
refrigeran saat terlepas di atmosfer. Pada refrigeran halokarbon, atom klorin
pada refrigeran akan berikatan dengan ozon di atmosfer, sehingga menyebabkan
terjadinya penipisan ozon yang menyebabkan pemanasan global. Terdapat tiga
jenis atribut lingkungan yang umum dikenal, GWP, ODP, dan tahun atmosferik.
GWP (Global Warming Potential) adalah ukuran seberapa banyak
jumlah gas rumah kaca yang diperkirakan akan mempengaruhi pemanasan global. GWP
merupakan suatu ukuran relatif yang membandingkan gas yang ingin diketahui
nilainya dengan gas CO2 dalam jumlah yang sama. GWP juga harus diukur dalam
waktu yang sama, umumnya diukur dalam waktu 100 tahun. ODP (Ozone Depletion
Pottential) merupakan parameter yang menyatakan kemampuan suatu refrigeran
untuk berikatan dengan ozon di stratosfer. Umumnya, makin banyak ion klorin
dalam suatu refrigeran maka makin tinggi ODPnya. Siklus hidup menentukan lamanya
suatu gas terurai di atmosfer. Atribut lingkungan beberapa refrigeran
ditunjukkan pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Atribut lingkungan refrigeran primer
Refrigeran |
Tahun atmosferik
|
ODP
|
GWP
|
Karbon dioksida
Metana |
50-200
12 + 3 |
0
0 |
1
21 |
R-11
R-12 R-22 R-502 R-717 (Amonia) |
50 + 5
120 13.3 - - |
1.0
1.0 0.055 0.283 0 |
4000
8500 1700 5600 Tidak ada |
C. Refrigeran sekunder
Seperti dijelaskan sebelumnya, refrigeran sekunder merupakan
fluida yang membawa panas dari benda yang didinginkan ke evaporator suatu sistem
pendinginan. Suhu refrigeran sekunder akan berubah saat refrigeran mengambil
panas namun tidak berubah fasa. Air dapat digunakan sebagai refrigeran
sekunder, namun hanya untuk kondisi operasi di atas titik beku air. Refrigeran
yang umum digunakan adalah campuran garam dan air (brine) atau anti beku yang
mempunyai titik beku di bawah 00C. Beberapa anti beku yang umum digunakan
adalah campuran air dengan etilen glikol, propiln glikol atau kalsium klorida.
Etilen glikol dapat digunakan dalam industri makanan karena tidak beracun.
Refrigeran Inorganik
|
Penggunaan
|
Amonia (NH3)
|
Untuk cold storage, pabrik es, pendinginan bahan
pangan
|
Air (H2O)
|
Pendinginan tipe ejektor
|
CO2
|
Sebagai karbondioksida padat atau es kering dan hanya
digunakan untuk refrigerasi angkutan
|
Refrigeran 11 (CCL3F)
|
Pendinginan dengan kompresor sentrifugal untuk sistem
AC ber-kapasitas besar
|
Refrigeran 12 (CCL2F)
|
Pendinginan dengan kompresor piston untuk refrigerasi
unit kecil terutama water cooler, kulkas
|
Refrigeran 22 (CHCLF2)
|
Pendinginan dengan kompresor tipe piston untuk unit
refrigerasi kapasitas besar seperti pengemasan dan central AC
|
Refrigeran 502
|
Untuk bahan pangan beku dalam kabinet, terutama untuk
pendinginan di pasar swalayan
|
Comments
Post a Comment